BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada masa kekuasaan dinasti Ayyubiyah yang dipimpin
oleh Al-Malik Al-Salih para budak dididik dan dijadikan tentaranya, diantara para
budak tersebut adalah Dinasti Mamluk, karena pada dasarnya dinasti Mamluk
berasal dari para budak yang ditawan oleh para penguasa dinasti Ayyubiyah dan
pendirinya adalah Syajarah Ad-Durr, di Mesir mereka ditempatkan di pulau
Raudhah di Sungai Nil untuk menjalani latihan meliter dan keagamaan.
Setelah Al-Malik Al-Salih meninggal kedudukan dinasti
Mamluk merasa terancam karena posisi kesultanan digantikan oleh Turansyah putra
dari Al-Malik Al-Salih sebab Turaansyah lebih dekat kepada tentara Kurdi dari
pada Mamluk. Kemudian di bawah pimpinan Aybak dan Baybars, Turansyah berhasil dibunuh. Selam tiga bulan tampuk
kekuasaan di pegang oleh Syajarah Ad-Durr istri dari Al-Malik Al-Salih, ia kemudian menikah dengan
Aybak sebagin tampuk kekuasaan dipimpin oleh Aybak akan tetapi tidak lama
kemudian Aybak membunuh Syajarah A-Durr dan mengendalikan sepenuhnya tampuk
kekuasaan. Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah meninggal ia digantikan oleh anaknya,
Ali yang masih berusia muda. Ali kemudian mengundurkan diri pada tahun 1259 M
dan digantikan oleh wakilnya, yaitu Qutuz.
B. Tujuan
Tujuan utama penulisan makalah ini adalah sesuai
dengan mata kuliah Sejarah Peradaban Islam khususnya Dinasti Mamluk adalah
untuk melestarikan sejarah itu sendiri serta mengetahui identitasnya, serta
dapat mengambil hikamah dari alur sejarah Dinasti Mamluk tersebut, dari masa
perkembangannya sampai dengan masa kemunduran Dinasti Mamluk.
C. Rumusan
Masalah
1) Asal-usul
Dinasti Mamluk
2) Sumbangsih
Para Arsitek Muslim Terhadap Dinasti Mamluk
3) Faktor-faktor
Yang Menunjang Kemajuan Dinasti Mamluk
4) Faktor
Yang Mempengaruhi Kemuduran Dinasti Mamluk
5) Analisis
Pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal-usul
Dinasti Mamluk
Secara etimologi asal kata Mamluk artinya budak,
sedangkan bentuk jama’ dari kata Mamluk adalah Mamalik. Dinasti Mamluk atau
Mamalik pada dasarnya memang didirikan oleh para budak. Mereka pada mulanya
adalah orang-orang yang ditawan oleh para penguasa Dinasti Ayyubiyah sebagai
budak, kemudian dididik dan dijadikan tentaranya. Mereka ditempatkan pada
kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa Ayyubiyah yang
terakhir, Al-Malik Al-Salih, mereka dijadikan pengawal untuk menjamin
kelangsungan kekuasaannya. Pada masa penguasa ini, mereka mendapat hak-hak
istimewa, baik dari karir ketentaran maupun dalam imbalan-imbalan material.
Pada umumnya mereka berasal dari daerah Kaukasus dan laut Kaspia. Di Mesir
mereka ditempatkan di pulau Raudhah di Sungai Nil untuk menjalani latihan
meliter dan keagamaan. Karena itulah, mereka dikenal dengan julukan Mamluk
Bahri (laut). Saingan mereka pada masa itu adalah tentara yang berasal dari
suku Kurdi.
Ketika Al-Malik Al-Salih meninggal pada tahun 1249 M,
anaknya Turansyah, naik tahta sebagai Sultan. Golongan Mamalik merasa terancam
karena Turansyah lebih dekat kepada tentara asal Kurdi daripada mereka. Pada
tahun 1250 M, Mamalik di bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh
Turansyah. Istri Al-Malik Al-Salih, Syajarah Al-Durr, seorang yang juga berasal
dari kalangan Mamalik berusaha mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan
kesepakatan golongan Mamalik. Kepemimpinan Syajarah Al-Durr berlangsung sekitar
tiga bulan. Ia kemudian kawin dengan seorang tokoh Mamalik bernama Aybak dan
menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya sambil berharap terus dapat berkuasa
dibelakang tabir. Akan tetapi segera setelah itu Aybak membunuh Syajarah
Al-Durr dengan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Pada mulanya, Aybak
mengangkat seorang keturunan penguasa Ayyubiyah bernama Musa sebagai Sultan
“syar’I” (formal) di samping dirinya yang bertindak sebagai penguasa yang
sebenarnya. Namun, Musa akhirnya dibunuh oleh Aybak. Ini merupakan akhir dari
dinasti Ayyubiyah di Mesir dari kekuasaan Dinasti Mamluk.
Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah meninggal ia digantikan oleh anaknya,
Ali yang masih berusia muda. Ali kemudian mengundurkan diri pada tahun 1259 M dan
digantikan oleh wakilnya, yaitu Qutuz. Setelah Qutuz naik tahta, Baybars yang
mengasingkan diri ke Syiria, karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak
kembali ke Mesir. Di awal tahun 1260 M, tentara Mesir terancam serangan bangsa
Mongol, yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua tentara
bertemu di Ayn Jalut dan pada tanggal 13 september 1260 M, tentara Mamalik di
bawah pimpinan Qutuz dan Baybars berhasil menghancurkan tentara Mongol tersebut.
Kemenangan atas tentara Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir menjadi
tumpuan harapan umt Islam disekitarnya. Penguasa-penguasa di Syiria segera
menyatakan setia kepada penguasa Mamalik.
Tidak lama setelah itu, Qutuz meninggal dunnia.
Baybars, seorang pemimpin meliter yang tangguh dan cerdas, diangkt oleh
pasukannya menjadi Sultan pada tahun 1260–1277 M. Ia adalah Sultan terbesar dan
termasyhur diantara 47 Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun
hakiki dinasti Mamluk atau Mamalik.[1]
B. Sumbangsih
Para Arsitek Muslim Terhadap Dinasti Mamluk
Ketika Khalifah al-Zahir dari
Dinasti Mamluk ingin membangun sebuah masjid besar di Kota Kairo. Lalu, ia
mengumpulkan arsitek dan ahli rekayasa bangunan terbaiknya. Antara lain,
Ataybek Fans Eddine Aqtay dan Assahib Fakhr Eddine, untuk membahas proyek ini. Mereka
ditugaskan mencari lokasi terbaik, mendesain bentuk bangunan, menentukan bahan
bangunan, dan mengawasi pekerja. Para arsitek itu juga dikirim ke beberapa
negara Islam untuk studi banding. Ketika proyek pembangunan dimulai, secara
rutin khalifah meninjau langsung ke lokasi dan memantau perkembangan. Para
penguasa dan masyarakat
Muslim memandang bidang
konstruksi sebagai sesuatu yang penting. Hadirnya karya-karya bangunan dengan
arsitektur indah serta kokoh, seperti jalan, jembatan, masjid, ataupun kanal,
mempertegas keunggulan umat Islam dalam khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi
pada abad pertengahan.
Khalifah al-Mamun ibnu Musa
senantiasa mengarahkan para arsiteknya untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Ini
merupakan bentuk perhatiannya terhadap perkembangan bidang teknik sipil. Dia
ingin agar setiap bangunan memenuhi unsur-unsur tertentu, seperti kuat, kokoh,
juga berdesain indah.
Dunia Islam mengenal sederet
arsitek ternama. Ibn Khaldun salah satunya. Beragam karya bidang teknik sipil
merupakan kontribusinyayang tersohor di seluruh dunia Islam. Tokoh lainnya
adalah al-Kindi. Ia juga terkenal sebagai ahli ilmu alam. Begitu pula, al-Razi
yang populer sebagai ahli rekayasa bangunan dan ahli kimia. Adapula nama Mimar
Sinan. seorang arsitek di zaman Turki Usmani. Muncul pula nama al-Biruni dalam
bidang tersebut. Selain itu, namanya selama ini melambung melalui bidang
lainnya, yaitu astronomi dan fisika. Sejumlah ilmuwan lainnya, seperti
al-Jazari mengkhususkan diri dalam bidang rekayasa. Namun, menurut Ahmad Y
al-Hassan dan Donald R Mill, sebagian besar dan mereka tak banyak tercatat
namanya.
Saat mengerjakan sebuah
proyek pembangunan, ada kalanya para arsitek saling bertukar pandangan.
Sedangkan untuk mengerjakanproyek yang begitu besar, seperti pembangunan Kota
Baghdad di masa Abbasiyah, dibentuklah sebuah komite untuk menjalankan proyek
itu. Tugas komite ialah mendesain sekaligus mengawasi seluruh pengerjaan proyek
pembangunan. Menurut al-Hassan dalam Islamic Technology An Illustrated History,
mereka juga bertindak sebagai kontraktor dan dapat menugaskan beberapa
subkontraktor untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih spesifik.[2]
C. Faktor-faktor
Yang Menunjang Kemajuan Dinasti Mamluk
Dinasti Mamluk membawa sejarah baru dalam sejarh
politik Islam. Pemerintahan Dinasti ini bersifat oligarki meliter, kecuali
dalam waktu yang singkat ketika Qalawun (1280-1290 M ) menerapkan pergantian
Sultan secara turun temurun. Anak Qalawun hanya berkuasa empat Tahun, karena
kekuasaannya direbut oleh Kitbugha ( 1295-1297 M ). Sistem pemerintahan
oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir. Kedudukan amir menjadi
sangat penting. Para amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka merupakan
kandidat Sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam berbagai bidang, seperti
konsolidasi pemerintahan, perekonomian dan ilmu pengetahuan dan lain-sebagainya.
1. Bidang
Pemerintahan
Diantara bidang pemerintahan, kemenangan Dinasti
Mamluk atas tentara Mongol di Ayn Jalut menjadi modal besar untuk menguasai
daerah-daerh sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan
setia kepada kerajaan ini. Untuk menjalankan pemerintahan di dalam negri.,
Baybars mengangkat kelompok meliter sebagai elit politik. Di samping itu untuk
memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam lainnya, Baybars membaiat
keturunan Bani Abbas yang berhasil meloloskan diri dari serangan bangsa Mongol,
Al-Mustanshir sebagai khalifah. Dengan demikian, kholifah Abbasiyah, setelah
dihancurkan oleh tentara Hulago di Baghdad berhasil dipertahankan oleh Dinasti
ini dengan Kairo sebagai pusatnya. Sementara itu, kekuatan-kekuatan yang dapat
mengancam kekuasaan Baybars dapat dilumpuhkan, seperti tentara Salib di
sepanjang Laut Tengah Assasin di pegunungan Syiria, Cyrenia (tempat berkuasanya
orang-orang Armenia), dan kapal-kapal Mongol di Anatolia.
2. Bidang
Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, dinasti
Mamluk membuka hubungan dengan Prancis dan Italia melalui perluasan jaur
perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir sebelumnya.
Jatuhnya Bagdad membuat Kairo sebagai jalur perdagangan antara Asia dan Eropa,
menjadi lebih penting karena Kairo menghubungkan jalur perdagangan Laut Merah
dan Laut Tengah dengan Eropa. Di samping itu, hasil pertanian juga meningkat.
Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan
transportsi dan komoniksi antar kota, baik laut maupun darat. Ketangguhan angkatan
laut Mamluk sangat membntu perkembangan perekonomiannya.
3. Bidang
Ilmu Pengetahuan
Di bidang ilmu pengetahun, Mesir menjadi tempat
pelarian ilmuan-ilmuan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Karena itu,
ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi,
matematika dan ilmu agama. Dalam ilmu
sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan
Ibn Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir Al-Din A-l-Tusi. Di bidang
Matematika Abu Al-Faraj Al-Ibriy. Dalam bidang kedoktern; Abu Al-Hasan Ali
Al-Nafis, penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abd
Mun’im Al-Dimyathi, seorang dokter hewan, dan Al-Razi, perintis psikoterapi.
Dalam bidang opthalmologi di kenal nama Al-Din Ibn Yusuf, sedangkan dalam
bidang Ilmu keagamaan, tersohor nama Ibn Taimiyah, seorang pemikir reformis
dalam Islam, Al-Sayuti yang menguasai banyak ilmu kegamaan, Ibn Hajar
Al-Asqalani dalam ilmu hadis dan lain-lain.[3]
4. Ketentaraan
Pemerintahan
dinasti ini dilantik dari pengaruhnya dalam ketentaraan. Para tentara
dinasti Mamluk yang dididik haruslah dengan tujuan untuk menjadi pasukan
pendukung kebijaksanaan pemimpin. Ketua Negara atau sultan akan diangkat di
antara pemimpin tentera yang terbaik, yang paling berprestasi, dan mempunyai
kemampuan untuk menghimpun kekuatan. Walaupun mereka adalah pendatang di
wilayah Mesir, mereka berhasil menciptakan ikatan yang kuat berdasarkan daerah
asal mereka.
Dinasti
Mamalik juga menghasilkan buku mengenai ilmu ketenteraan. Minat para penulis
semakin terpacu dengan keinginan mereka untuk mempersembahkan sebuah karya
kepada kepada para sultan yang menjadi penguasa saat itu. Perbahasan yang
sering dibahas adalah mengenai selok-belok yang berkaitan dengan serangan
bangsa Mongol. Pada lingkungan ketenteraan Dinasti ini, menghasilkan banyak
karya tentang ketenteraan, khususnya keahlian menunggang kuda.
5. Budaya
Politik
Landasan
yang dipakai untuk menilai fitrah politik para Mamalik adalah dengan
mempergunakan kaca mata yang Islamik, yakni keberadaan manusia di bumi ini
bertujuan untuk beribadat kepada Allah.[4]
6. Layanan
Pos Dinasti Mamluk
Layanan pos di era kejayaan Islam tak hanya
sekadar sebagai pengantar pesan. Dinasti Mamluk yang berkuasa di Mesir pada
1250 M hingga 1517 M juga menjadikan pos sebagai alat pertahanan. Guna mencegah
invasi pasukan tentara Mongol di bawah komando Hulagu Khan pada medio abad
ke-13 M, para insinyur Mamluk membangun menara pengawas di sepanjang rute pos
Irak hingga Mesir.
Di atas menara pengawas itu, selama 24 jam
penuh para penjaga telah menyiapkan tanda-tanda bahaya. Jika bahaya mengancam
di siang hari, petugas akan membakar kayu basah yang dapat mengepulkan asap
hitam. Sedangkan di malam hari, petugas akan membakar kayu kering. Upaya itu
ternyata tak sepenuhnya berhasil. Tentara Mongol mampu menembus Baghdad dan
memorak-porandakan metropolis intelektual itu. Meski begitu, peringatan awal
yang ditempatkan di sepanjang rute pos itu juga berhasil mencegah masuknya
tentara Mongol ke Kairo, Mesir.
Hanya dalam waktu delapan jam, berita pasukan
Mongol akan menyerbu Kairo sudah diperoleh pasukan tentara Muslim. Itu berarti,
sama dengan waktu yang diperlukan untuk menerima telegram dari Baghdad ke Kairo
di era modern. Berkat informasi berantai dari menara pengawas itu, pasukan
Mamluk mampu memukul mundur tentara Mongol yang akan menginvasi Kairo. Menurut
Paul Lunde, layanan pos melalui jalur darat pada era kekuasaan Dinasti Mamluk
juga sempat terhenti ketika pasukan Tentara Salib memblokir rute pos. Meski
begitu, penguasa Dinasti Mamluk tak kehabisan akal.
Sejak saat itu, Dinasti Mamluk mulai
menggunakan merpati pos. Dengan menggunakan burung merpati sebagai pengantar
pesan, pasukan Tentara Salib tak dapat mencegah masuknya pesan dari Kairo ke
Irak. Merpati pos mampu mengantarkan surat dari Kairo ke Baghdad dalam waktu
dua hari, tutur Lunde. Sejak itu, peradaban Barat juga mulai meniru layanan pos
dengan merpati seperti yang digunakan penguasa Dinasti Mamluk.
Lunde menuturkan, pada 1300 M Dinasti Mamluk
memiliki tak kurang dari 1.900 merpati pos. Burung merpati itu sudah sangat
terlatih dan teruji mampu mengirimkan pesan ketempat tujuan. Seorang tentara
Jerman bernama Johan Schiltberger menuturkan kehebatan pasukan merpati pos yang
dimiliki penguasa Dinasti Mamluk. Sultan Mamluk mengirim surat dengan merpati,
sebab dia memiliki banyak musuh. Dinasti Mamluk memang bukan yang pertama
menggunakan merpati pos. Penggunaan merpati untuk mengirimkan pesan kali
pertama diterapkan peradaban Mesir kuno pada 2900 SM.
Pada masa kekuasaan Dinasti Mamluk, merpati pos
juga berfungsi untuk mengirimkan pesanan pos parcel. Al-kisah, penguasa Mamluk
sangat puas dengan kiriman buah ceri dari Lebanon yang dikirimkan ke Kairo
dengan burung merpati. Setiap burung merpati membawa satu biji buah ceri yang
dibungkus dengan kain sutra. Pada masa itu, sepasang burung merpati pos
harganya mencapai 1.000 keping emas. Layanan merpati pos ala Dinasti Mamluk itu
tercatat sebagai sistem komunikasi yang tercepat di abad pertengahan.[5]
Dinasti Mamluk juga banyak mengalami kemajuan di
bidang arsitektur. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk membangun
sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah.. bangunan-bangunan lain yang
didirikan pada masa ini diantarnya adalah, rumah sakit, museum, perpustakaan,
vila-vila, kubah, dan menr masjid.
Kemjuan-kemajuan itu tercapai berkat kepribadian dan
wibawa sultan yang tinggi, solidaritas meliter yang sangat kuat dan stabilitas
negara yang amam dari gangguan. Akan tetapi, ketika faktor-faktor tersebut
menghilang, dinasti Mamluk sedidikit demi sedikit mengalami kemunduran.
D. Faktor
Yang Mempengaruhi Kemuduran Dinasti Mamluk
Semenjak masuknya budak-budak dari Srikasia yang
kemudian dikenal dengan nama Mamluk Burji, yang pertama kalinya dibawa oleh
Qawalun, solidaritas antara sesama meliter menurun, terutama setelah Mamluk Burji
berkuasa. Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral rendah dan tidak menyukai
ilmu pengetahuan. Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya dikalangan penguasa
menyebabkan pajak dinaikkan. Akibatnya semangat kerja rakyat menurun dan
perekonomin negara tidak stabil. Di samping itu, ditemukannya Tanjung Harapan oleh Eropa tahun 1498 M,
menyebabkan jalur perdagangan Asia-Eropa melalui mesir menurun fungsinya.
Kondisi ini diperparah oleh datangnya kemarau panjang dan berjangkitnya wabah
penyakit.[6]
E. Analissis
Pembahasan
Pada masa Dinasti Mamluk ada beberapa poin penting
yang dapat dijadikan kebanggaan bagi Dinasti Mamluk sendiri, yaitu ketika
mengalami masa kemajuaan, yaitu : dalam bidang pemerintahan, ekonomi, ilmu
pengetahuan, ketentaraan, budaya politik dan layanan pos. kemajuaan tersebut
diperoleh karana pada masa itu sistem yang digunakan dalam pemerintahan
tersebut adalah sistem oligarki meliter, sistem tersebut banyak mendatangkan
kemajuan seperti yang telah disebutkan di atas.
Bicara soal kemajuan Dinasti Mamluk, tidak lepas pula
kita bicara masalah kemundurannya karna tidak selamnya posisi Dinasti Mamluk
berada pada masa keemasan akan tetapi terkadang secara perlahan akan mengalami kehancuran.
Problemnya adalah sejak Qawalun membawa budak-budak dari Srikasia atau yang
dikenal dengan Mamluk Burji, solidaritas antar meliter menurun, terutama
setelah Mamluk Burji berkuasa, karena Mamluk Burji tidak suka menuntut ilmu
pengetahuan, dan kemewahan serta kebiasaan berfoya-foya dikalangan penguasa
Mamluk Burji menyebabkan pajak dinaikkan. Imbasnya semangat keraja rakyat
menurun dan perekonomin negara juga tidak stabil.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa latar
belakang atau asal-usul Dinasti Mamluk adalah berasal dari para budak yang
ditawan oleh penguasa Ayyubiyah yang dipimpin oleh Al-Malik Al-Salih, kemudian
mereka dididik dan dilatih menjadi pasukan meliter yang tangguh oleh Al-Malik
Al-Salih serta dijadikan pengawal untuk kelangsungan kekuasaannya. Ketika
Al-Malik Al-Salih meninggal pada tahun 1249 M, anaknya Turansyah, naik tahta
sebagai Sultan. Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat
kepada tentara asal Kurdi daripada mereka. Pada tahun 1250 M, Mamalik di bawah
pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Istri Al-Malik
Al-Salih, Syajarah Al-Durr, seorang yang juga berasal dari kalangan Mamalik
berusaha mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan kesepakatan golongan
Mamalik. Kepemimpinan Syajarah Al-Durr berlangsung sekitar tiga bulan. Ia
kemudian kawin dengan seorang tokoh Mamalik bernama Aybak dan menyerahkan
tampuk kepemimpinan kepadanya sambil berharap terus dapat berkuasa dibelakang
tabir. Akan tetapi segera setelah itu Aybak membunuh Syajarah Al-Durr dengan
mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan.
Kemajuan yang dicapai oleh dinasti Mamluk diantaranya
: bidang pemerintahan, ekonomi, ilmu pengetahuan, ketentaraan, budaya politik
dan layanan pos, yang mana masing-masing bidang tersebut sangat berperan
penting untuk kelangsungan kekuasaan dinasti Mamluk. Semuanya saling memiliki
keterkaitan dalam bidang tersebut.
Akan tetapi kemunduran yang dialami oleh Dinasti
Mamluk, pada masa kekuasaan Qawalun sunguh sangat merugikan Dinasti Mamluk karena
budak-budak yang dibawa dari Srikasia atau yang dikenal dengan Mamluk Burji
tidak bisa mempertahankan kemajuan dinasti Mamluk, mereka lebih senang dengan
kemewahan dan berfoya-foya sehingga pajak dinaikkan oleh para penguasa dan
perekonomian negara tidak stabil, mereka juga tidak senang dengan ilmu
pengetahuan , oleh karena, mereka harus menanggung akibat dari perbuatannya
sendiri.
Mungkin hanya ini yang dapat pemakalah simpulkan dari
pembahasan di atas, mohon maaf atas segala kekurangannya baik yang disengaja
ataupun tidak disengaja. Kritik dan saran yang membangun pemakalah harapkan untuk
kedepannya bisa lebih baik dari yang sekarang. Amin….
DAFTAR PUSTAKA
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam,
PT.Raja Grafindo Persada:Jakarta : 2008
C.E.Bosworth, Dinasti-dinasti Islam, Bandung:
1993
http://www.Republika.com.
Yusuf Assidiq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar